BMKG Peringatkan Potensi Karhutla di Kalbar, Ratusan Titik Panas Terdeteksi

Pontianak, Kalimantan Barat — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah Kalimantan Barat menyusul suhu udara yang terus meningkat dan minimnya curah hujan selama Juli 2025.

Data terbaru BMKG menyebutkan, sebanyak 576 titik panas (hotspot) terdeteksi di Kalbar dalam beberapa hari terakhir. Wilayah paling terdampak meliputi Kapuas Hulu, Ketapang, Mempawah, Sanggau, dan Sambas.

“Cuaca panas dan kering, ditambah dengan angin kencang, mempercepat penyebaran api. Kami mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Kalbar dalam keterangan pers, Senin (28/7).

Kualitas udara di beberapa daerah seperti Kubu Raya dan Mempawah pun mulai memburuk. Berdasarkan pemantauan dari Dinas Lingkungan Hidup, tingkat partikulat (PM2.5) di wilayah tersebut menunjukkan angka yang tergolong tidak sehat, khususnya pada pagi dan malam hari.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah meningkatkan status siaga darurat karhutla dan mulai mengaktifkan satuan tugas terpadu. Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga telah dilaksanakan sejak pekan lalu dengan menabur garam ke awan di wilayah barat Kalimantan guna merangsang hujan buatan.

Sementara itu, upaya pemadaman darat terus dilakukan oleh tim gabungan TNI, Polri, BPBD, dan relawan masyarakat. Namun, medan sulit dan cuaca kering menjadi tantangan tersendiri dalam penanggulangan.

Gubernur Kalimantan Barat dalam pernyataannya menyatakan bahwa penanganan karhutla adalah prioritas utama, mengingat dampaknya tidak hanya pada kesehatan dan lingkungan, tetapi juga pada sektor transportasi dan ekonomi.

Masyarakat diimbau untuk:

  • Tidak membakar sampah sembarangan

  • Tidak membuka lahan dengan api

  • Melaporkan asap atau titik api ke posko terdekat

  • Menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan

BMKG memperkirakan musim kemarau akan berlangsung hingga akhir September, dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya akibat pengaruh fenomena iklim global seperti El Nino lemah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *